SELAMAT DATANG DI website SEKSI URUSAN AGAMA ISLAM KEMENTERIAN AGAMA LOMBOK BARAT, ... SELAMAT MENIKMATI…………

Senin, 14 September 2009

Kemudahan berpuasa

KEMUDAHAN BERPUASA DALAM ISLAM DAN EKSESNYA BAGI KESEHATAN

Penelitian mengenai fungsi-fungsi anggota tubuh pada setiap tahap pelaporan telah membuktikan bahwa adanya kemudahan berpuasa dalam Islam. Hal ini sebagaiman Firman Allah dalam Surat al-Baqarah : 185. yg artinya :
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu"
Dalam menafsirkan ayat ini, al-Razi berkata, "Sesungguhnya Allah mewajibkan berpuasa bagi seseorang atas dasar kemudahan. Puasa tidak di wajibkan kecuali beberapa hari saja dalam satu tahun. Jumlah waktu yang sedikit ini pun tidak diwajibkan bagi orang yang sakit atau orang yang berpergian".


Kemudahan berpuasa dalam Islam juga tampak pada kebebasan mengonsumsi makanan apapun yang sesuai dengan kebutuahan tubuh saat berbuka. Islam tidak mengharamkan segala jenis makanan asalkan bermanfaat bagi tubuh. Berpuasa dalam Islam berarti menahan makan dan minum pada waktu tertentu saja, yaitu mulai dari terbitnya matahari hingga terbenam, Setelah itu, mereka bebas makan dan minum pada malam harinya. Dengan demikian, Puasa dalam Islam diwajibkan bagi seseorang untuk dilakukan sebatas perubahan jam makan dan minum saja, tidak diwajibkan bagi seseorang untuk memutuskan sama sekali dalam tempo satu hari-satu malam.
Semua ini adalah untuk kemudahan dan keringanan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad Saw. Kemudahan ini tampak semakin jelas seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di zaman sekarang. Beberapa referensi medis mengelompokkan at-tajwi' (upaya pelaparan) ke dalam tiga tahap, yaitu tahap sementara, sedang dan lama. Proses pelaparan dalam puasa secara Islam di awali sejak berakhirnya masa penyerapan makanan. Yaitu sekitar lima jam setelah makan, hingga sekitar dua belas jam setelah itu. Akan tetapi menurut sebagian ahli waktu tersebut kadang memanjang hingga empat belas jam. Pada masa itulah puasa secara Islam terlaksana. Menurut standar ilmiah, penghematan makanan semacam ini diangap aman.
Selama tidak mengonsumsi makanan dan minuman dalam kadar tertentu, tubuh melahirkan senyawa keton. Lemak tidak teroksidasi pada masa keton budies (senyawa keton dalam tubuh) ini. Karena itu, glukosa merupakan satu-satunya energi bagi otak. Protein juga tidak digunakan untuk memproduksi energi sebab dalam ukuran tertentu, penggunaan protein dapat mengakibatkan rusaknya keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Hal ini berbeda dengan puasa yang di lakukan dalam Islam. Puasa secara Islam yang dilakukan selama dua belas jam hingga enam belas jam, terbagi atas dua tahap, yaitu tahap penyerapan dan tahan pasca penyerapan. Pada tahap itu system penyerapan dan metabolisme terjadai secara seimbang. Penguraian glikogen terstimulasi, lemak-lemak teroksidasi dan terurai, pemecahan protein pun terjadi hingga membentuk glukosa yang baru. Tidak terjadi kerusakan apapun dalam tubuh termasuk keseimbangan nitrogen, sebab pembakaran protein terjadi secara seimbang.
Berdasarkan hal itu sebagian ilmuan berpendapat masa setelah penyerapan makanan merupakan tahap pelaparan. Kondisi di atas membuktikan bahwa puasa dalam Islam mengandung kemudahan yang tidak dapat dipersamakan dengan tahapan proses pelaparan lainnya. Pemasokan energi bagi otak, sel darah merah dan system syaraf bergantung pada glukosa. Puasa yang dilakukan secara medis baik dalam waktu sebentar maupun lama, tidak hanya memperanguhi keaktifan berbagai system dalam tubuh, tetapi mempengaruhi banyak hal selain itu. Akibatnya puasa secara medis dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa fungsi organ tubuh.
Puasa secara Islam merupakan model system pencernaan yang paling ideal. Hal ini di sebabkan terjadinya dua tahapan di sana, yakni tahap pembentukan dan tahap penghancuran. Usai berbuka dan makan sahur, terjadi proses pembentukan susunan penting dalam sel tubuh melalui pembaruan zat yang disimpan untuk diproduksi sebagai energi. Usai masa penyerapan makanan yang berlangsung sesudah makan sahur, terjadilah proses penghancuran cadangan makanan yang berupa glikogen dan lemak untuk diurai menjadi energi yang digunakan pada siang harinya. Karena itu Rasulullah sangat menekankan dan menganjurkan seseorang untuk makan sahur. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda :
تسحروا فإن في السحور بركة (متفق عليه)
"Makan sahurlah kalian karena di dalam makan sahur terdapat keberkahan" (HR. Muttafaqun 'alaih).
Makan sahur berguna untuk menyuplai kebutuahan tubuh dengan makanan pembentuk yang proses penyerapannya berlangsung sekitar lima jam sesudah berhenti makan. Dengan makan sahur, masa pasca penyerapan dalam tubuh menjadi berkurang. Karena itu Rasulullah Saw juga menganjurkan untuk menyegerakan berbuka, tentunya untuk memperpendek pasca penyerapan (tahap pelaparan). Sabda beliau :

لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر (متفق عليه)
"Orang—orang senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan dalam berbuka" (HR. Muttafaqun 'alaih).
Rasulullah Saw juga menganjurkan seseorang yang berpuasa untuk mengakhirkan makan sahur. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit bahwa dirinya berkata, "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW di lanjutkan dengan menunaikan shalat subuh. Ditanya kepadanya, "Berapa waktu diantara keduanya"? Beliau menjawab, "Kira-kira bacaan lima puluh ayat". (HR. Muttafaqun 'alaih). Anjuran ini dimaksudkan untuk meminimalkan waktu berpuasa sehingga seseorang tidak lekas-lekas melewati batas waktu penyerapan. Disamping itu, puasa secara Islam juga tidak menyebebkan tekanan pada jiwa seseorang sehingga tidak pula membahayakan tubuhnya.
Berdasarkan hal ini dapat dipastikan bahwa tidak ada system terhanti fungsinya selam berpuasa kecuaIi pencernaan dan penyerapan. Proses penyediaan dan penerimaan gizi terus berlangsung. Sel-sel tubuh tetap bekerja secara normal dan mendapatkan semua kebutuhan yang diperlukannya dari cadangan makanan yang telah terurai. Keadaan ini biasa disebut dengan pencernaan di dalam sel. Melalui reaksi kimia, enzim mengubah glukogen menjagi glukosa. Lemak menjadi asam lemak, dan protein menjadi asam amino. Semua ini adalah bukti keagungan dan kekuasaan Allah SWT yang membuat manusia takjub.
Khusus wanita hamil dan menyusui, dari sisi medis di sarankan untuk tidak berpuasa karena asupan makanan yang dibutuhkan bertambah karena adanya janin, Jika dilakukan, hal ini akan mengakiatkan bertambahnya rasio keton bodies (senyawa koton dalam tubuh) yang membahayakan janin. Keadaaan ini juga berlaku bagi wanita yang sedang menyusui. Kelenjar susunya akan mengalami penyusutan kadar air susu pada saat berpuasa, terlebih bila cuaca dan hari sedang panas. Karena itu, jika dilakukan khawatir anak kekurangan ASI.
Akhirnya. Ada banyak keutamaan berpuasa di bulan ramadhan. Melalui berpuasa, cadangan glikogen dan lemak dalam tubuh akan terus mengalami perputaran dan pembaruan. Dengan begitu, tubuh tercegah dari pengonsumsi makanan yang melampaui kebutuhan. Hal ini dapat mengurangi dan menghindari kelebihan cadangan makanan dalam sel tubuh. Selain itu melalui puasa, tubuh mengistirahatkan beberapa organnya, seperti organ pencernaan, hati dan ginjal.
Puasa dengan keutamaannya itu dapat menghindarkan seseorang dari ancaman anteriosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Hal ini baik dan aman untuk dilakukan, terutama mengingat kondisi manusia di abad dua puluh satu ini hidup dalam tingkat modernitas yang tinggi dan rentan terhadap berbagai penyakit berbahaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar